Mengenal Sejarah Pembentukan Gumuk Pasir Barchan Melalui Kegiatan WKM

Wajib Kunjung Museum (WKM) merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk mendekatkan masyarakat maupun pelajar dengan museum. Salah satu tujuan kegiatan WKM adalah untuk menjadikan museum menjadi pusat pembelajaran, penelitian dan rekreasi. Museum Gumuk Pasir berkesempatan menerima kunjungan dari kegiatan WKM pada 17 Mei 2023 pada pukul 11.00 WIB. Peserta WKM kali ini didominasi oleh pelajar pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau yang sederajat, dan diikuti oleh beberapa perwakilan dari beberapa SMP sekaligus. Setidaknya, kunjungan WKM kali ini dihadiri oleh lebih dari 60 peserta.

Bertempat di ruang Studio 1 Musem Gumuk Pasir, peserta WKM menyaksikan tayangan terkait potensi pesisir Bantul dan dinamika gumuk pasir barchan. Peserta WKM Nampak sangat serius dalam menyaksikan tayangan yang telah disiapkan oleh tim dari Museum Gumuk Pasir. Dalam sesi tanya jawab, peserta antusias dalam mengeluarkan unek-uneknya terkait eksistensi gumuk pasir barchan. Terlebih lagi dalam tayangan video yang disajikan di Ruang Studio 1, salah satu narasumber menyoroti tentang pentingnya konservasi gumuk pasir barchan. Menariknya, banyak peserta yang belum tahu tentang proses terbentuknya gumuk pasir barchan sehingga beberapa peserta menanyakan kembali mengenai fenomena tersebut dalam sesi tanya jawab. Narasumber menjelaskan bahwa pembentukan gumuk pasir diawali oleh erupsi Gunungapi Merapi yang mengeluarkan material piroklastik kemudian terbawa ke arah Pantai Selatan melalui proses fluvial. Material yang tersedimentasi di Pantai Selatan, khususnya di Muara Opak mengalami pengeringan oleh sinar matahari dan terhempas ke arah daratan oleh kekuatan angin. Pasir yang terbawa ke arah daratan tersebut mengendap dan terakumulasi dalam jumlah besar sehingga membentuk gundukan pasir atau dikenal dengan istilah gumuk pasir.

Setelah menyaksikan tayangan tentang potensi pesisir Bantul dan dinamika gumuk pasir, peserta WKM berkeliling museum untuk menyaksikan koleksi yang dimiliki oleh Museum Gumuk Pasir. Mayoritas dari peserta WKM terlihat tertarik dengan teknologi pemetaan zaman dahulu, seperti kamera klasik yang digunakan dalam pemotretan di tahun 1960-an yang tersedia di Zona Techno-Carto Museum Gumuk Pasir. Praktek penggunaan stereoskop (alat yang digunakan untuk melihat bentuk tiga dimensi pasangan foto udara) juga dilakukan oleh beberapa peserta WKM. Kegiatan kunjungan kali ini ditutup dengan sesi foto bersama di halaman depan Museum Gumuk Pasir.

Share via :
× Chat Whatsapp